Pages

Subscribe:

Kamis, 29 November 2012

pendidikan islam era Nabi Muhammad Saw


                                                                          BAB I

                                                               PENDAHULUAN



1.    latar belakang

rasulullah saw. Sebagai suri teladan dan rahmatan lil alamin bagi orang yang mengharapkan rahmat dan hari kiamat dan banyak menyebut nama Allah (al- ahsab: 21) adalah ppendidikan pertama dan terutama dalam dunia pendidikan islam. Proses transpormasi ilmu pengetahuan, internalisasi nilai-nilai spiritualisme dan bimbingan emosional yang dilakukan rosulullah dapat dikatakan sebagai mukjizat luar biasa, yang manusia dimanapun tidak dapat melakukan hal yang sama.
    Hasil pendidikan islam periode rosulullah trlihat dari kemampuan murid-muridnya(sahabat) yang luar biasa, misalnya umar bin khattab ahli hokum dan pemerintahan, abu huraira ahli hadis, salman al-farizi ahli perbandingan agama dan ali bin abithalib ahli hokum dan tafsir al-quran. Kemudian murid dari para sahabat dikemudian hari, thabi-thabi’in, banyak yang ahli dalam berbagai bidang keilmuan seprti, ilmu pengetahuan sains, teknologi, astronomi, filsafat yang mengantar islam ke gerbang tintu keemasan. Hanya periode rasulullah fase makka  dan madinah para aktivis pendidikan dapat menyerap teori dan prinsip dasar yang berkaitan dengan pola-pola pendidikan dan interaksi social yang lazim dilaksanakan dalam setiap menejeman pendidikan islam.
Gambaran dan pola pendidikan islam periode rosulullah saw, di makkah dan madinah adalah sejarah masa lalu yang perlu kita ungkap kembali sebagai bahan perbandingan, dan sumber gagasan.
2.    Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah adalah:
a.    Sosiokultural Masyarakat Makkah dan Madinah?
b.    Pelaksanaan pendidikan Islam periode Mekkah?
c.    Pelaksanaan pendidikan Islam periode  Madinah?

                                                                      BAB II
                                                              PEMBAHASAN

A.    sosiokultural Masyarakat Makkah dan Madinah
kondisi sosiokultur masyarakat arab pra-islam. Terutama pada masyarakat makkah dan madinah sangat mempengaruhi pola pendidikan periode rosulullah di makkah dan madinah. Secara kuantitas orang-orang yang masuk islam pada fase makkah lebih sedikit daripada orang-orang yang masuk islam pada fase madinah. Hal tersebut diantaranya disebabkan karena watak dan dan budaya nenek moyang mereka sedangkan dimadinah lebih mudah dimasuki ajaran islam Karena saat kondisi masyarakat khususnya khasraj dan aus, sangat membutuhkan seorang pemimpin untuk melenturkan pertikaian diantrara mereka dan sebagai pelindung dari ancaman kaum yahudi, disamping sifat penduduk yang lebih ramah yang didukung oleh kondisi geografis yang lebih nyaman dan subur.
B.    Pendidikan Islam Periode Makkah
Sebelum Muhammad memulai tugasnya sebagai rasul, yaitu melaksanakan pendidikan islam terhadap umatnya. Allah telah mendidik dan mempersiapkannya untuk melaksanakan tugas tersebut secara sempurna melalui pengalaman, pengenalan serta peran sertanya dalam kehiduapan masyarakat dan lingkungan budayanya. Dengan potensi fitrah nya yang luar biasa, ia mampu mengadakan penyesuaian diri denagan masyarakat dan lingkungan budaya masyarakatnya yang telah menyimpang dari ajaran-ajaran yang sebenarnya.
Menjelang usia ke-40, alloh memberiakan kepercayaan kepada Muhammad sebagai rasul / utusan untuk menjadi pendidik bagi umatnya, untuk meluruskan kembali warisan nabi ibrahim dan penyempurnaannya, serata memperbaiki keadaan dan situasi budaya masyarakatnya. Maka mulailah Nabi Muhammad SAW menerima petunjuk-petunjuk dan instruksi dari Alloh pada tanggal 17 Ramadhan tahun 13 sebelum hijrah ( 6 Agustus 610 M ) untuk melaksakan pendidikan islam.
Nabi Muhammad mulai melaksanakan pendidikan islam sejak ayak 1-5 dari surat Al-Alaq diturunkan. Ayat tersebut berisi perintah dan petunjuk tentang apa yang harus dilakukan oleh Nabi Muhammad, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap umatnya.
Nabi Muhammad mendidik umatnya secara bertahap, ia mulai dengan keluarga dekatnya, yang pada mulanya secara sembunyi- sembunyi. Mula-mula di ajak istrinya. Khadijah, untuk beriman kepada Allah, kemudian diikuti oleh putra angkatnya, Ali bin Abi Thalib dan disulsul oleh shabat-shabat karib yang telah lama bergaul dengannya. Di antara shabat-shabat tersebut adalah Abu Bakar As- Siddiq. Utsman ibnu affan. Zubair ibnu awwan. Sa’ad ibnu Abi waqas, Abdurrahman ibnu auf dan beberapa shabat lainnya.
Keadaan demikian berlangsung sampai lebih dari 3 tahun sampai akhirnya turun dan perintah dari alloh, agar Nabi memberikan pendidikan islam secara terbuka.
“Maka sampaikanlah olehmu secara terng-terangan segala apa yang diperintahkan ( kepadamu ) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik ( Q.S. Al-Hijr: 94 )
Di antara materi-materi pendidikan islam yang diajarkan nabi ketika makkah diantaranya termasuk Pendidikan Tauhid.
Dalam melaksanakan tugas kerasulannya. Nabi Muhammad SAW. Berhadapan dengan nilai-nilai warisan ibrahim yang telah banyak menyimpang dari yang sebenarnya, inti warisan tersebut adalah ajaran tauhid. Tetapi ajaran tersebut telah pudar, penyembahan terhadap behala-berhala dan perbuatan syirik lainnya menyelimuti ajaran tauhid. Inilah tugas Muhammad, yaitu untuk memancarkan kembali sinar tauhid dalam kehidupan umat manusia umumnya. 
1)    Tahapan Pendidikan Islam pada Fase Makkah


Pola pendidikan yang dilakukan oleh rosulullah sejalan dengan tahapan-tahapan dakwah yang disampaikanya kepada kaum Quraisy. Dalam hal ini penulis membaginya manjadi tiga tahap yaitu:
a.    Tahap pendidikan islam secara rahasia dan perorangan
1.      Tahap Pendidikan Islam Secara Rahasia Dan Perorangan
Yaitu ketika awal turunnya wahyu pertama, pola pendidikan yang dilakukan adalah secara sembunyi – sembunyi, dimulai dari diri beliau sendiri dan keluarga dekatnya(istrinya, Khadijah, anak angkatnya Ali Bin Abi Thalih, sahabat karibnya, Abu Bakar As-siddiq serta sahabat dari suku Quraisy). Tahap ini berlangsung selama 3 tahun.
2.      Tahap pendidikan Islam secara terang – terangan
Tahap ini dilaksanakan ketika turun wahyu berikutnya, yang memerintahkan dakwah secara terang – terangan. Ketika wahyu itu turun belaiu mengundang keluarga dekatnya untuk berkumpul di bukit Shafa, menyerukan agar berhati – hati terhadap azab yang keras dikemudian hari bagi orang yang tidak mengakui Allah sebagai Tuhannya dan Muhammad sebagai utusan_Nya. Seruan tersebut dijawab abu lahab, celakalah kamu muhammad! Untuk inikah kamu mengumpulkan kami? Saat itu turun wahyu menjelaskan prihal abu lahab dan istrinya.
3.      Tahap pendidikan Islam untuk umum.
Tahap ini di dasarkan pada perintah Allah surat Al Hijr ayat 94 – 95, yang artinya : “  Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya Kami memelihara kamu daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu),” sebagai tindak lanjut dari perintah tersebut rosulullah mendatangi kemah-kemah para jamaah haji, pada awalnya tidak banyak yang menerima, kecuali kelompok jamaah haji dari yastrib, kabilah khazraj yang menerima dakwah secara antusias. Dari sinilah sinar islam memancar ke luar Makkah.

b.    Materi Pendidikan Islam
Materi pendidikan islam pada fase makkah dapat dibagi pada dua bagian yaitu:
Pertama, materi pendidikan tauhid, materi ini lebih difokuskan untuk memurnikan ajaran tauhid yang dibawa nabi Ibrahim yang telah diselewengkan oleh masyarakat jahiliah. Secara teori intisari ajaran tauhid terdapat dalam kandungan surah al-fatihah ayat 1-7 dan surah al-ikhlas ayat1-5. Secara praktis pendidikan tauhid diberikan melalui cara-cara yang bijaksana, menuntun akan pikiran dengan mengajak ummatnya untuk membaca, memerhatikan kekusaan dan kebesaran allah dan diri manusia sendiri. Kemudian beliau mengajarkan cara mengaplikasikan pengertian tauhid tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Rosululllah langsung menjadi contoh bagi ummatnya.
Kedua, materi pengajaran al-quran. Materi ini dapat dirinci kepada:1. Materi baca tulis al-quran,(imla dan iqra’) dengan materi ini diharapkan agar kebiasaan orang-orang arab yang sering membaca syair-syair indah diganti dengan bacaan al-quran sebagai bacaan yang lebih tinggi nilai sastranya, 2. Materi menghafal ayat-ayat al-quran, 3. Materi pemahaman al-quran, saat ini disebut dengan materi al-fahmi quran atau tafsir al-quran: tujuan materi ini adalah meluruskan pola piker umat islam yang dipengaruhi oleh pola piker jahiliah.
c.    Metode Pendidikan Islam

Untuk menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan dalam mengajar para sahabatnya, Rasulullah SAW. Menggunakan bermacam-macam metode, hal itu dilakukan untuk menghindarkan kebosanan dan kejenuhan siswa. Di antara metode yang diterapkan Rasulullah adalah:
a.    Metode Ceramah, menyampaikan wahyu yang baru diterimanya dan memberikan penjelasan-penjelasan serta keterangan-keterangannya;
b.    Metode Dialog misalnya dialog antara Rasulullah dengan Mu’adz ibn Jabal ketika Mu’adz akan diutus sebagai kadi kenegeri Yaman;
c.    Metode Diskusi atau Tanya Jawab, sering sahabat bertanya kepada Rasulullah tentang suatu hukum dan Rasulullah menjawabnya. Metode diskusi misalnya diskusi antara Rasulullah dengan para sahabatnya tentang hukuman yang akan diberikan kepada tawanan perang Badar;
d.   Metode demonstrasi, misalnya Hadits Rasulullah,”sembahyanglah kamu sebagaimana kamu melihat aku sembahnyng”;
e.    Metode perumpamaan, misalnya orang mukmin itu laksana satu tubuh, bila sakit salah satu anggota tubuh maka anggota tubuh lainnya akan turut merasakannya;
f.    Metode kisah, misalnya kisah beliau dalam perjalanan isra’ dan mi’raj dan kisah pertemuan antara Nabi Musa as dengan Nabi Khidir As;
g.    Metode pembiasaan, membiasakan kaum muslimin untuk salat berjemaah;
h.    Metode hafalan, misalnya para sahabat dianjurkan untuk menjaga Al-Qur’an dengan hafalan.
Metode pendidikan akhlak, disampaikan Nabi dengan membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang berisi kisah-kisah umat yang terdahulu supaya diambil pengajaran dan iktibar dari kisah itu. Orang-orang yang taat dan patuh mengikuti Rasulullah, akan mendapatkan kebahagiaan dan orang-orang yang durhaka akan mendapat siksa, seperti kisah Qarun dan Musa yang berbuat baik kepada putri Su’aib dan lain-lain.
Dalam menjalankan misi pendidikan, untuk melihat tingkat atau kadar penguasaan sahabat terhadap materi pelajaran, Nabi Muhammad SAW juga mengevaluasi sahabat-sahabatnya. Dengan mengevaluasi sahabat-sahabatnya, Rasulullah SAW dapat mengetahui kemampuan para sahabat dalam memahami ajaran agama dan menjalankan tugas. Untuk melihat hasil pengajaran yang dilaksanakan, Rasulullah sering mengevaluasi hafalan para sahabat dengan menyuruh para sahabat membacakan ayat-ayat Al-Qur’an di hadapannya dengan membetulakan hafaan dan bacaan mereka yang keliru. Selain itu, Nabi Muhammad SAW menggunakan system pengukuran, namun tidak menggunakan sistem laboratorial seperti dalam dunia ilmu pengetahuan modern sekarang. Nabi Muhammad SAW melakukan pengukuran terhadap perilaku manusia dengan tanda-tanda orang beriman ialah mencintai orang lain sesame mukmin, seperti mencintai dirinya sendiri. Ketika menyaksikan perbuatan mungkar, ia berusaha mengubah dengan kekuatan fisiknya, lisannya atau dengan hatinya, tetapi yang terakhir ini menunjukkan selemah-lemahnya iman. 

d.    Kurikulum Pendidikan Islam

Kurikulum pendidikan Islam yang dipakai di Mekkah dan Madinah adalah sama, yaitu Al-Qur’an yang Allah wahyukan sesuai dengan kondisi dan situasi, kejadian dan peristiwa yang dialami umat islam pada saat itu dan dijelaskan oleh Hadits Nabi Muhammad yang diturunkan berangsur-angsur sesuai dengan situasi dan kondisi, dan hanya Kurikulum di Madinah yang lebih komplit seiringan dengan bertambahnya wahyu yang diturunkan oleh Allah  kepada Rasulullah. Karena itu dalam praktiknya tidak saja logis dan rasional tetapi juga fitrah dan prakmatis. Hasil cara yang demikian dapat dilihat dari sikap rohani dan mental para pengikutnya.

e.    Lembaga Pendidikan Islam
Lembaga pendidikan islam pada fase makkah ada dua macam tempat, yaitu:
a)    Rumah arqam bin arqam merupakan tempat pertama berkumpulnya kaum muslimin beserta rosulullah untuk belajar hokum-hukum dan dasar-dasar ajaran islam, rmah ini merupakan lebaga pendidikan pertama atau madrasa yang pertama kali dalam islam adapun yang mengajar dalam lembaga tersebut adalah rosulullah sendiri.
b)    Kuttab, pendidikan di kuttab tidak sama dengan pendidikan yang ada di rumah arqam bin arqam, materi yang disampaikan di rumah arqam bin arqam tentang hukum islam dan dasar-dasar agama islam, sedangkan pendidikan di kuttab pada awalnya lebih terfokus pada baca tulis sastra, pembacaan syair arab, dan pembelajaran perhitungan namun setelah datangnya islam materinya ditambah dengan baca tulis al-quran dan memahami hukum-hukum islam. Adapun guru yang mengajar di kuttab pada era awal islam adalah orang-orang non-slam. Dalam sejarah pendidikan islam istilah kuttab telah dikenal di kalangan bangsa arabpra-islam,secara etimologi kuttab berasal dari bahasa arab kataba, yaktubu, kitaaban yang artinya telah menulis. 

C.    Pendidikan Islam Periode Madinah

a)    Lembaga Pendidikan Islam
Masalah pertama yang dihadapi oleh Nabi Muhammad dan kaum muhajirin adalah tempat tinggal, maka untuk sementara kaum Muhajirin bisa menginap di rumah-rumah kaum Anshor, tetapi beliau sendiri memerlukan suatu tempat khusus di tengah-tengah umatnya sebagia pusat kegiatan, sekaligus sebagai lambing persatuan dan kesatuan diantara kedua kelompok masyarakat yang mempunyai latar belakang kehidupan yang berbeda itu. 
Oleh karenanya ketika Rasulullah dan para sahabat hijrah ke Madinah salah satu program pertama yang beliau lakukan adalah pembangunan sebuah masjid. Setelah  selesai pembangunan masjid, maka nabi Muhammad Saw pindah menempati sebagian ruangannya yang memang khusus disediakan untuknya. Masjid itulah pusat kegiatan Nabi Muhammad saw bersama kaum muslimin, untuk secara bersama-sama membina masyarakat baru, masyarakat yang disinari oleh tauhid dan memcerminkan persatuan dan kesatuan umat. Dimasjid itulah beliau bermusyawarah mengenai berbagai urusan, mendirikan shalat berjemaah, membacakan al-Quran, maupun membacakan ayat-ayat yang baru diturunkan. Dengan demikian masjid itu merupakan pusat pendidikan dan pengajaran.

b)    Materi Pendidikan Islam di Madinah
Pada fase Madinah materi pendidikan yang diberikan cakupannya lebih komplek dibandingkan dengan mAteri pendidikan fase Makkah. Di antara pelaksanaan pendidikan Islam di Madinah adalah :
1.     Pembentukan dan Pembinaan Masayarakat Baru
Tugas Selanjutnya yang dihadapi oleh Nabi Muhammad adalah membina dan mengembangkan persatuan dan kesatuan masyarakat islam yang baru tumbuh tersebut sehingga mewujudkan satu kesatuan sosial dan satu kesatuan politik. Nabi Muhammad pun mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya masyarakat yang bersatu padu. Dasar-dasar tersebut diantaranya :
a.        Nabi SAW mengikis habis sia-sia permusuhan atau pertenyangan antar suku dengan jalan mengikat tali persaudaraan diantara mereka.
b.         Nabi SAW menganjurkan kepada kaum Muhajirin untuk berusaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan pekerjaan masing-masing untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
c.          Adanya syariat zakat dan puasa yang merupakan pendidikan bagi warga masyarakat dalam tanggung jawab sosial baik secara material maupun moral.
d.         Dalam pembinaan di Madinah disyariatkan pula media komunikasi berdasarkan wahyu yaitu shalat jum’at berjamaah. Dengan shalat jum’at berjamaah warga berkumpul langsung dan mendengarkan khutbah Nabi SAW dan shalat jum’at telah memupuk rasa solidaritas sosial yang sangat tinggi dalam menangani masalah bersama
2.     Pendidikan Sosial Politik dan Kewarganegaraan
Materi pendidikan sosoal dan kewarganegaraan islam pada masa itu adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung didalam Konstitusi Madinah yang prakteknya disempurnakan dengan ayat-ayat yang turun selama periode Madinah.
Pelaksanaan atau praktek pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan secara ringkas dapat dikemukakan sebgai berikut :
a.      Pendidikan ukhwah ( persaudaraan) antara kaum muslimimin
Dalam melaksanakan pendidikan ukhwah ini, nabi Muhammad saw bertitik tolak dari struktur kekeluargaan yang ada pada masa itu. Untuk mempersatukan keluarga itu nabi Muhammad saw berusaha untuk mengikatnya menjadi satu kesatuan yang terpadu. Mereka dipesaudarakan karena Allah bukan karena yang lain-lain. Sesuai dengan isi kontitusi Madinah pula, bahwa antara orang yang beriman, tidak boleh membiarkan saudaranya menanggung beban hidup dan utang yang berat di antara sesama mereka. Anatara orang yang beriman satu sama lainnya harusla saling bantu membantu dalam menghadapi segala persoalan hidup. Mereka harus bekerja sama dalam mendatangkan kebaikan, mengurus kepentingan bersama dan menolak kemudaratan atau kejahatan yang akan menimpa

b.      Pendidikan Kesejahteraan Sosial
Dibidang ekonomi, memenuhi kesejahteraan social nabi memerintahkan kepada kaum muhajirin dan anshor untuk bekerja sesuai kemampuan masing-masing. Sedangkan yang sudah tidak kuat bekerja atau karena miskin, belanja mereka diberikan dari harta kaum muslimin bauk dari kalangan muhajirin maupun anshor.
Selain itu untuk menjalin kerjasama dan saling menolong dalam rangka membentuk masyarakat yang adil dan makmur, turunlah syariat Zakat dan Puasa yang merupakan pendidikan masyarakat dalam tanggung jawab social baik secara social maupun moral.
3.     Pendidikan Anak dalam Islam
Nabi SAW memperingatkan agar anak diberikan bimbigan dan pendidikan agar ia tumbuh dan berkembang dalam rangka mempersiapkan anak-anak agar mampu menerima warisan islam dan bertanggungjawab untuk mengemban tugas-tugasnya,
Adapun gari-garis besar materi pendidikan anak dalam Islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad adalah sebagaimana yang disyari’atkan oleh Allah dalam surat Luqman ayat 13-19, adalah sebagai berikut :
a)         Pendidikan tauhid
b)         Pendidikan Shalat
c)         Pendidikan adab dan sopan santun dalam keluarga
d)        Pendidikan adab dan sopan santun dalam bermasyarakat (kehidupan sosial)
e)         Pendidikan kepribadian
4.     Pendidikan Hankam (pertahanan dan keamanan) Dakwah Islam
Masyarakat kaum muslimin merupakan satu state (negara)  di bawah bimbingan nabi Muhammad saw yang mempunyai kedaulatan. Ini merupakan dasar bagi usaha dakwahnya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada seluruh umat manusia secara bertahap. Oleh karena itu setelah masyarakat kaum muslimin di Madinah berdiri dan berdaulat, usaha nabi Muhammad Saw berikutnya adalah memperluas pengakuan kedaulatan tersebut dengan jalan mengajak kabilah-kabilah sekitar Madinah untuk mengakui konstitusi Madinah. Ajakan tersebut disampaikan dengan baik-baik dan bijaksana.
Pertama-tama diajaknya untuk masuk islam dengan penjelasan-penjelasan yang meyakinkan tentang kebaikan ajaran islam dan kebenarannya, serta menunjukkan ketidakbenaran mereka. Kalau mereka tidak mau maka mereka tidak dipaksa karena islam tidak akan memaksakan agama kepada mereka.
Kepada mereka yang tidak mau masuk islam beliau berusaha untuk mengikat perjanjian damai. Untuk mereka yang tidak mau mengikat perjanjian damai ada dua kemungkinan tindakan nabi Muhammad Saw yaitu
a)      kalau mererka tidak menyatakan permusuhan atau tidak menyerang kaum muslimin atau kaum kabilah yang telah mengikat perjanjian dengan kaum muslimin, maka mereka dibiarkan saja;
b)      tetapi kalau mereka menyatakan permusuhan dan menyerang kaum muslimin atau menyerang mereka yang telah mengikat perjanjian damai dengan kaum muslimin, maka harus ditundukan/diperangi, sehingga merka menyatakan tunduk dan mengakui kedaulatan kaum muslimin.
c.     Metode Pengajaran dan Sistem Evaluasi Pendidikan Islam di Madinah
Untuk menciptakan suasana kondusif dan menyenangkan dalam mengajar para sahabatnya, Rasulullah SAW. Menggunakan bermacam-macam metode, hal itu dilakukan untuk menghindarkan kebosanan dan kejenuhan siswa. Di antara metode yang diterapkan Rasulullah adalah: 
a.    Metode Ceramah, menyampaikan wahyu yang baru diterimanya dan memberikan penjelasan-penjelasan serta keterangan-keterangannya;
b.    Metode Dialog misalnya dialog antara Rasulullah dengan Mu’adz ibn Jabal ketika Mu’adz akan diutus sebagai kadi kenegeri Yaman;
c.    Metode Diskusi atau Tanya Jawab, sering sahabat bertanya kepada Rasulullah tentang suatu hukum dan Rasulullah menjawabnya. Metode diskusi misalnya diskusi antara Rasulullah dengan para sahabatnya tentang hukuman yang akan diberikan kepada tawanan perang Badar;
d.   Metode demonstrasi, misalnya Hadits Rasulullah,”sembahyanglah kamu sebagaimana kamu melihat aku sembahnyng”;
e.    Metode perumpamaan, misalnya orang mukmin itu laksana satu tubuh, bila sakit salah satu anggota tubuh maka anggota tubuh lainnya akan turut merasakannya;
f.     Metode kisah, misalnya kisah beliau dalam perjalanan isra’ dan mi’raj dan kisah pertemuan antara Nabi Musa as dengan Nabi Khidir As;
g.    Metode pembiasaan, membiasakan kaum muslimin untuk salat berjemaah;
h.    Metode hafalan, misalnya para sahabat dianjurkan untuk menjaga Al-Qur’an dengan hafalan.





                                                             BAB III
                                                      KESIMPULAN

Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Makkah adalah pendidikan tauhid, titik beratnya adalah menanamkan nilai-nilai tauhid ke dalam jiwa setiap individu muslim, agar jiwa mereka terpancar sinar tauhid dan tercermin dalam perbuatan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.

Pokok pembinaan pendidikan islam di kota Madinah dapat dikatakan sebagai pendidikan sosial dan politik. Yang merupakan kelanjutan dari pendidikan tauhid di Makkah, yaitu pembinaan di bidang pendidikan sosial dan politik agar dijiwai oleh ajaran , merupakan cermin dan pantulan sinar tauhid tersebut.

                                                         DAFTAR ISI
Nizar Samsul,  sejarah pendidikan islam. Jakarta: kencana press,  2009.
Dkk, Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara,  2008.
Haekal, sejarah hidup muhammad, penj. Audah Ali, Jakarta: balai ustaka, 1972.
                    blogspot.com/2010/12/pelaksanaan-pendidikan-islam-di-madinah.html.
Yunus Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1992.
Arief Armai, Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam Klasik. Bandung: Penerbit Angkasa, 2005.

0 komentar:

Posting Komentar